Tradisi Pengolahan Jamu Jawa pada Masyarakat Jawa

Tradisi Pengolahan Jamu Jawa pada Masyarakat Jawa

HERBAFILIA - Dalam tradisi pembuatan jamu di kalangan masyarakat Jawa, ada beberapa cara pembuatan jamu instan yang tidak mengikuti secara tertib tahapan-tahapan yang disebutkan di atas.

Cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat tersebut adalah merupakan gabungan dari beberapa tahap di atas dengan tujuan kepraktisan dengan latar belakang kebiasaan tradisi. Beberapa cara pembuatan jamu menurut tradisi masyarakat Jawa antara lain:

Mipis

Mipis adalah cara menyari atau mengekstrak jamu dengan menggunakan alat pipisan. Cara ini biasaanya digunakan untuk baham baku segar dan lunak (daun, biji, bunga, rimpang) tetapi jarang digunakan untuk bahan jamu yang kering dan keras ( kayu, kulit, akar). Bahan yang telah dipilih  dan telah dibersihkan kemudian dihaluskan dengan bantuan sedikit air matang dengan alat pipisan.

Cara menghaluskannya mula-mula ditumbuk kemudian digerus. Bahan jamu yang telah hancur dan mengandung ir diperas melalui kalo (saringan halus dari anyaman bambu) hingga diperoleh ¼ cangkir jamu. Jika ternyata perasan jamu yang diperoleh belum mencapai ¼ cangkir maka ampas jamu tadi dapat ditambah air dan diperas lagi.

Ngecam

Menyari jamu dengan cara ngecam secara harfiah dalam bahasa Indonesia adalah seduh/menyeduh. Cara ini mirip dengan cara kita menyeduh teh. Bahan jamu yang digunakan biasanya adalah bagian daun, bunga dan bahan lunak lainnya.

Bahan-bahan tersebut dipotong kecil-kecil dengan gunting atau dirajang dengan pisau. Untuk bahan yang keras dapat juga dugunakan cara ini tetapi haris dijadikan serbuk terlebih dahulu.

Cara ngecam atau seduh ini dapat digunakan untuk takaran tunggal atau takaran sehari (3 kali minum). Untuk takaran sehari, sisa seduhan harus disimpan di tempat tertutup. Serbuk yang sudah berjamur, dimakan serangga, atau sudah menggumpal sebaiknya tidak digunakan.

Ramuan yang telah dipilih kemudian diseduh dengan ½ gelas (100 ml) air panas, kemudian didiamkan selam lebih kurang 5 menit kemudian disaring. Sari jamu atau ekstrak jamu ini sebaiknya diminum selagi hangat.

Dekok

Penyarian jamu dengan cara dekok pada dasarnya adalah sama dengan seduh, hanya saja cara dekok adalah berawal dari keadaan dingin kemudian dipanaskan. Untuk bahan lunak, pemanasan hanya dilakukan selama 15 menit saja.

Sedangkan untuk bahan kering dan keras, pemanasan dilakukan selama 30 menit. Setelah dipanaskan, kemudian disaring dengan menggunakan kain yang bersih sambil diperas.

Parem, Pilis, Lulur, dan Mangir

Cara pembuatan parem, pilis, lulur, dan mangir sebenarnya sama dengan mipis. Perbedaannya terletak pada cara menggunaannya. Kalau jamu yang diperoleh dengan cara mipis digunakan secara oral (diminum) yang sebelumnya disaring dulu, sedangkan parem, pilis, lulur, dan mangir digunakan untuk bagian luar tubuh.

Parem biasanya digunakan untuk pengobatan yang berhubungan dengan penyakit pegal linu dan capek-capek. Pilis digunakan untuk jamu oles di sekitar mata untuk menyegarkan dan mencegah mengantuk. Sedangkan lulur dan mangir biasanya digunakan untuk perawatan kecantikan khususnya untuk kulit kaum wanita.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Post Comment
Rekomendasi close button
Back to top

0 comments

HERBAFILIA adalah berita Kesehatan tentang berbagai jamu dan cara penggunakannya, Disini Anda bebas bertanya maupun mengutarakan ide, gagasan, opini secara bebas yang tentu tidak termasuk dalam koridor Sara. Dilarang keras titip Link / URL hidup maupun berupa tulisan atau mempromosikan produknya.

Bagaimana Pendapat Anda?
 
Copyright © 2015. Herbafilia - All Rights Reserved | Template by Leony Li